KAMMI ABDULLAH AZZAM

Sabtu, 29 Mei 2010

syajaratul Iman (pohon keimanan)


Keimanan yang kokoh menjadi perisai bagi setiap kader dakwah. Dan hal ini hendaknya menjadi sebuah kelaziman. Sehingga keimanan itu betul-betul bak perisai kuat untuk menahan lajunya serangan musuh yang senantiasa datang silih berganti. Perisai ini wajib selalu  berada di tangan aktivis dakwah. Ia tak boleh lepas sekejappun apalagi hilang tak berketentuan arah. Keimanan yang diumpamakan perisai itu berawal dari kekuatan tauhid yang tertanam dalam sanubarinya. Tauhid yang kuat dan bersih dari berbagai penyimpangannya. Ia diasaskan dari kalimat yang baik (kalimatun thayyibah) yang terikat dalam jiwanya. Kalimat yang baik dari kekuatan tauhid ini lantaran persaksian dan komitmen loyalitasnya pada Sang Maha Perkasa. Hingga kalimat itu, Allah SWT umpamakan seperti pohon yang baik.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ . تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (Ibrahim: 24 – 25).

Pohon ini tiada duanya di muka bumi ini. Ia tumbuh subur dan berkembang pesat dan mampu melawan serangan hama dan penyakit. Sehingga ia menghasilkan buah yang tak pernah henti. Malah menumbuhkan pohon-pohon lainnya. Itulah pohon keimanan.

Disebut Syajaratul Iman (Pohon Keimanan) lantaran keimanan yang kokoh laksana sebuah pohon yang selalu memberikan manfaat yang amat banyak;

- Buahnya dapat dikonsumsi oleh setiap makhluk yang menginginkannya.

- Dahannya dapat menjadi sarang serta tempat bertengger burung-burung.

- Daunnya yang lebat menjadi tempat berteduh musafir yang lewat.

- Akarnya menyimpan persediaan air untuk bumi yang tandus.

Inilah pohon keimanan yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim Al Jauziyah. Beliau mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah SWT. menyerupakan pohon iman yang bersemi dalam hati dengan pohon yang baik. Akarnya menghunjam ke bumi dengan kokoh dan cabangnya menjulang tinggi ke langit. Pohon itu terus menerus mengeluarkan buah setiap musim. Jika engkau renungkan perumpamaan ini tentulah engkau menjumpainya cocok dengan pohon iman yang telah mengakar kokoh ke dalam dan di dalam hatinya. Sedang cabangnya berupa amal-amal shalih yang menjulang ke langit. Pohon itu terus menerus mengeluarkan hasilnya berupa amal shalih di setiap saat menurut kadar kekokohannya di dalam hati. Kecintaan, keikhlasan dalam beramal, pengetahuan tentang hakikat serta penjagaan hati terhadap hak-haknya’.

Diantara para ulama penafsir Qur’an mereka berpandangan bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik itu adalah pohon kurma. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits riwayat Ibnu Umar RA. Dalam kitab shahih. Ar Rabi’ Ibnu Anas mengatakan bahwa orang mukmin itu pokok amalnya menghunjam ke bumi sedang buah amalnya menuju langit lantaran keikhlasannya dalam beramal.

Ibnul Qayyim mengatakan, ‘Tidak ada perbedaan diantara ke dua pendapat itu karena makna yang dimaksud tamsil ini adalah sosok orang mukmin sejati. Sedang pohon kurma adalah sebagai gambaran yang menyerupainya dan dari diri orang mukminlah sebagai sosok yang diserupakannya’.  Pohon-pohon keimanan ini tumbuh dan berkembang bahkan menumbuhkan pohon lainnya.

Syaikh Muhammad Ahmad Ar Rasyid dalam kitabnya Ar Raqa’iq menggambarkan bahwa pohon-pohon itu bak laksana kumpulan tanaman taman nan indah. Setiap orang yang melihat pasti ingin berteduh didalamnya. Setiap melihat buah mesti tangan ingin menjamahnya. Pokoknya taman itu amat menarik hati. Pohon-pohon yang tumbuh di taman nan menawan itu adalah:

1. Syajaratut Tha’ah (Pohon Ketaatan)

Dari tempat kamu berteduh di bawah pohon iman itu kamu dapat mencium aroma wewangian bunga yang semerbak di dekatnya. Itu bersumber dari sebuah pohon yang disebut syajaratut tha’ah, yakni pohon ketaatan. Ia menjadi saksi terhadap keridhaan Allah saat dilimpahkan di hari turunnya ayat berikut:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”. (Al-Fath:18)

Orang yang berteduh di masa sekarang akan senantiasa mendapatkan ketenangan hati dan tidak mudah goyah karena faktor terhalangnya mendapatkan sesuatu atau tertinggal olehnya. Ia tetap tabah menunggu kemenangan yang akan diraihnya. Ia juga berada dalam arus gerakan Islam untuk selalu menunaikan tugas-tugas dan tanggung jawabnya. Ia setia dengan beban yang terpikul di pundaknya. Dengan sikap itu ia mampu meruntuhkan mercusuar kesesatan. Sedang ia telah menyatakan janji setia kepada Islam untuk mati sebagai tebusannya. Pohon ketaatan ini bersumber pada akar pengabdian yang utuh pada Sang Maha Pencipta. Sudah semestinya pohon ketaatan itu tumbuh subur di hati kader dakwah.

2. Syajaratut Tirhab (Pohon Penyambutan)

Pohon ini dinamakan pohon penyambutan. Ini untuk menyambut mereka-mereka yang sedang berjuang untuk mempertaruhkan hidupnya agar meraih kemuliaan di sisi Rabbnya. Jika Allah memilih untuk menimpakan musibah kepadamu sebagai jalan untuk meraih anugerah keridhaan-Nya. Dan kamupun mengalami cobaan berat hingga memaksamu berlindung di bawah syajaratut Tirhab, pohon penyambutan. Ini dilakukan untuk mencari ketenangan di bawah naungannya seraya menggerakkan pokoknya agar melimpahkan sebahagian dari berkahnya kepadamu. Dan engkau melakukan sikap sebagaimana yang dilakukan ibunda Maryam AS. Ketika bumi terasa sempit olehnya. Maka terdengarlah suara yang menyeru kepadanya:

وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا . فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Maryam: 25 – 26).

Maka engkau mendapat makan dari buahnya yang telah masak dengan rasa puas tanpa berlebihan. Di sana engkau beroleh minuman yang segar dari sungai kecil yang mengalir di hadapanmu dengan mencidukkan kedua tanganmu kepadanya tanpa harus bersusah payah. Pohon ini berdiri pada pokoknya yakni kecintaan untuk menghariba kepada Rabbul Izzati. Dengan penuh ketaqwaan dan keyakinan akan perjumpaannya. Bagi seorang kader dakwah mendekatkan diri untuk menghamba kepada Allah SWT menjadi keharusan. Agar ia senantiasa dalam kondisinya yang prima. Tidak lapar dan tidak pula kehausan. Ia dapat memenuhi hak dan kebutuhan hidupnya dalam memperjuangkan ajaran-Nya.

3. Syajaratul Wafa’ (Pohon Kesetiaan)

Kesetiaan adalah tanda kecintaan. Dan kecintaan merupakan prasyarat dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan kecintaannya. Nabi Muhammad SAW. mempunyai tanaman sendiri sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits, bahwa banyak pohon yang menyaksikan beberapa peristiwa dari perjalanan hidupnya yang mulia. Sebagai isyarat yang menunjukkan adanya hubungan ini. Terkadang sebagai gambaran untuk menyadarkan orang yang lalai. Diantaranya adalah syajaratul wafa’, pohon kesetiaan. Sebagai tanda adanya komunikasi di antara ruh-ruh yang selalu ingat. Pohon ini dapat mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada yang berhak menerimanya serta mengakui kebaikan yang diberikannya.

Ia adalah batang pohon kurma yang merintih saat ditingalkan. Jabir bin Abdullah RA. meriwayatkan, ‘Dahulu ada sebatang pohon kurma yang digunakan oleh Nabi SAW. untuk pijakan tempat berdirinya. Setelah dibuatkan mimbar untuk Nabi, kami mendengar dari batang kurma itu suara rintihan seperti rintihan unta yang sedang hamil besar. Hingga Nabi saw  turun dari mimbarnya lalu meletakkan tangannya pada batang itu barulah batang pohon itu diam’. Batang pohon itu mengeluarkan suara rintihan seperti rintihan unta betina hamil besar. Peristiwa ini merupakan salah satu mukjizat Nabi SAW. Sebatang pohon yang diberikan penghormatan kepadanya lalu ia membalasnya. Manakala ditinggalkan ia merasa sedih sehingga kesedihannya itu melahirkan suara rintihan. Sekarang tiada seorangpun diantara kita melainkan di rumahnya terdapat kitab hadits. Seakan-akan Nabi saw berdiri di hadapannya mengajarkan urusan agama dan mengajarinya hukum-hukum syariat Islam. Maka sudah selayaknya bagi manusia seperti kita berterima kasih dan membalasinya dengan ketaatan dan kesetiaan pada ajaran yang dibawanya. Kita telah mendapatkan pelajaran yang amat bagus dari sebatang pohon kurma. Maka kita sebenarnya yang amat patut melakukan hal itu dan menterjemahkannya dalam sikap kita terhadap dakwah dan ajaran ini. Sepatutnya kita pun para kader dakwah merintih karena tidak dapat berbuat banyak untuk memberikan kontribusi pada dakwah ini sebagaimana orang-orang yang disebutkan Allah SWT. dalam kitab-Nya Allah berfirman:

وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

“Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan”. (At-Tauabh:92).

4. Syajaratut Tsabat (Pohon Keteguhan)

Keteguhan menjadi hal yang amat urgen dalam mengemban amanah mulia. Karena godaan dan rintangan akan selalu datang silih berganti. Karena itu bagi aktivis dakwah ia amat memerlukan pohon keteguhan. Engkau dapat berlindung dibawahnya di hari manusia berpecah belah karena kecenderungannya yang berbeda-beda. Engkau mencari selamat dengan meninggalkan semua golongan yang berpecah belah itu. ‘Sekalipun engkau harus menggigit akar pohon (yakni berpegang teguh pada prinsip meskipun hidup menderita)’.

Oleh karena itu berlindunglah pada pohon keteguhan ini untuk mengeraskan gigitannya. Seandainya engkau bayangkan keadaan yang sebenarnya tentulah hatimu menjadi ragu dan bergetar penuh kecemasan. Antara perasaan takut bila pegangannya mengendur lalu terbawa arus dan harapan untuk tetap bertahan demi mencapai keselamatan.

Akan tetapi sari pati cairan yang dikeluarkan oleh pohon itu membuat kamu segar karena mendapat minuman darinya. Sedang manusia saat itu menjulurkan lidahnya karena kehausan. Tenggorokanmu basah lagi sejuk, sehingga menambah keras gigitanmu terhadapnya, seakan-akan kamu menghisap keteguhan dan kekokohan darinya bagaikan bayi lapar yang sedang menyusu. Pohon keteguhan ini juga menjadi alat Bantu untuk menghadapi cobaan dan ujian komitmen dari berbagai rayuan dunia yang memikat. Dari pohon itu kader dakwah tidak akan goyah karena daya tarik material duniawi yang fana. Ia tidak seperti orang-orang yang lalai dari kesetiaannya karena tergoda oleh ikan-ikan yang bermunculan pada saat mereka harus menunaikan komitmen itu.

وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada disekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik”. (Al-A’raf:163).

5. Syajaratul Unsi (Pohon Penghibur)

Pohon ini menjadi penghiburmu di saat kamu sendirian dan kelembabannya meringankan (membasahi) keringnya kesalahanmu. Pohon ini ditanam oleh Nabi saw, saat beliau melalui dua kuburan yang sedang diazab. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Nabi SAW. ‘Beliau mengambil sebatang pelepah kurma yang masih basah. Dan membelahnya menjadi dua bagian lalu menancapkan kepada masing-masing dari kedua kuburan itu satu bagian. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu?’. Rasulullah SAW. menjawab, ‘Mudah-mudahan azab diringankan dari keduanya selama kedua pelepah ini belum mengering’.

Buraidah Al Aslami RA. memahami hal ini sebagai tuntutan yang dianjurkan. Oleh karena itu ia berwasiat agar ditancapkan di atas kuburannya nanti dua batang pelepah kurma. Orang-orang pun mengikuti jejaknya dalam hal ini. Ada kalanya kita tidak dapat terlepas dari dosa-dosa kecil yang mencemari keikhlasan amal kita atau dari keterpaksaan mengejar sisa-sisa yang ada di tangan ahli dunia dari harta yang memperdayakannya. Yang biasa dibarengi dengan begadang yang merusak kesehatan dan dirundung oleh kegelisahan yang membuat diri kita tidak dapat tidur. Sehingga tubuh ini menjadi lemah untuk persiapan kerja di pagi hari. Barang kali dengan meluangkan waktu sejenak untuk berteduh di bawah pohon ini agar dapat meringankan beban hidupmu. Tentu hiburan bagi aktivis dakwah bukanlah dengan lantunan nasyid-nasyid dengan iringan bunyi musiknya atau juga bukan dengan tontonan yang melalaikannya. Akan tetapi hiburannya melalui dengan mengenang sejarah kehidupan umat terdahulu yang diabadikan kebaikannya serta mengingat akan janji balasan yang akan diberikan Allah SWT. pada orang-orang yang beriman. Sehingga dapat menggambarkan kenangan indah di hatinya akan kehidupan orang-orang yang telah berada di negeri cahaya yang penuh berkah.

6. Syajaratul Mufashalah (Pohon Pemisahan)

Pohon pemisahan ini menjadi saksi tentang sempurnanya akan kebersihan sarana yang digunakan oleh seorang muslim dalam mencapai tujuannya yang bersih. Demikian itu terjadi ketika ada seorang musyrik yang ingin bergabung memberikan bala bantuan kepada pasukan kaum muslimin dalam perjalanannya menuju medan perang Badar. Orang musyrik itu memberikan bala bantuan atas dasar fanatisme golongan untuk membela kaumnya. Ketika pasukan kaum muslimin sampai di sebuah pohon besar yang menjadi rambu jalan sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah RA. Lalu orang musyrik itu hendak bergabung. Maka Nabi menoleh kepadanya dan mengatakan, ‘Kembalilah kamu, aku tidak meminta bantuan dari orang musyrik’.

Maka ketetapan ini terus berlaku sebagai prinsip yang tidak pernah ada pengecualiannya. Kecuali hanya dalam kejadian-kejadian yang terbatas dan langka. Oleh karena itu prinsip ini tetap menjadi pijakan dalam amal dakwah kita agar tidak mengemis meminta-minta balas bantuan dari orang yang memusuhi dakwah. Apalagi potensi yang dimiliki umat masih melimpah ruah untuk didayagunakan.

7. Syajaratul Istighfar (Pohon Meminta Ampunan)

Pohon istighfar berupa pohon anggur yang banyak buahnya. Apabila ada seorang tamu yang mampir ke rumah pemiliknya maka ia akan memetik setangkai buah itu lalu disodorkan kepadanya untuk mencicipinya. Setelah itu tentu seseorang yang bertandang itu akan merasakan kepuasan yang teramat sangat. Kemudian pada hari yang lain. Isteri pemilik kebun anggur itu mengatakan kepada suaminya. ‘Cara seperti itu tidak etis kepada tamu, sebaiknya engkau ikut memakan separuh jamuanmu guna menyenangkan hatinya dan sekaligus sebagai pernghormatan padanya’. Suaminnya menjawab, besok aku akan lakukan hal itu. Keesokan harinya, setelah tamunya memakan separuh hidangan yang disajikan kepadanya. Lalu lelaki pemilik kebun itu ikut serta memakannya. Tatkala ia mencicipinya terasa anggur itu masam dan tidak enak untuk dimakannya. Ia pun meludahkannya dan mengernyitkan kedua alisnya keheranan atas kesabaran tamunya yang mau merasakan buah seperti itu. Namun tamu itupun menjawabnya. ‘Sesungguhnya aku telah memakan buah ini dari tanganmu sebelumnya selama beberapa hari dengan rasa manis tetapi sekarang ini aku tidak suka memperlihatkan kepadamu rasa tidak enak pada buah ini sehingga membuatmu menyesali pemberianmu yang lalu’.

Apa yang disebutkan di atas ini bukanlah kisah ngawur melainkan sebagai tamsil perumpamaan yyang dibuat untuk para dai yang mengusung dakwah ini. Karena itu dengarkanlah baik-baik. Hal ini merupakan ungkapan kisah yang dijabarkan kepadamu untuk mendekatkan kepahamanmu kepadanya agar mudah kamu cerna.

Tidak seorangpun di antara orang-orang yang ada disekitarmu yang terpelihara dari kesalahan dan benar selalu adanya. Oleh karena itu jika ada saudaramu yang berbuat kekeliruan maka janganlah kekeliruannya itu mendorongmu untuk mendiamkannya tidak mau bergaul lagi dengannya. Tidak sabar terhadapnya atau mendiskriditkannya. Bahkan jangan pula kamu mencelanya melainkan bersabarlah kepadanya. Dan tahanlah emosimu. Dan kamu harus memaafkannya dalam hatimu karena mengingat kebaikannya yang terdahulu dan perilakunya yang baik dan penghormatannya kepadamu. Karena barangkali dia dapat membantumu untuk bertaubat atau menolongmu saat kamu belajar sebagai pelayan pendamping atau teman begadangmu atau dia mengajarkan kepadamu suatu bidang pengetahuan yang diajarkan Allah kepadanya dan hal-hal baru yang belum kamu ketahui.

8. Syajaratuz Zuhud (Pohon Zuhud)

Jika engkau telah beroleh faedah dan menebarkan keadilan maka sudah saatnya bagimu untuk membaringkan diri di bawah sebuah pohon yang ramping lagi banyak buahnya dan bunganya. Keindahannya memukau pandangan orang yang melihatnya dan membuat orang yang menikmati keindahannya berdecak kagum karena selera penanamnya begitu tinggi.

Itulah pohon zuhud. Yaitu pohon yang bersemi di dalam hati. Jenisnya lain dari yang lain. Belum pernah ada seorang pun yang menanam hal yang semisal itu sehingga terlihat sangat indah. Penanamannya menggambarkan pohon itu bagai syair berikut:

Zuhud telah menanamkan pohon dalam kalbuku

Sesudah membersihkannya dari bebatuan dengan susah payah

Dia menyiraminya sesudah menancapkannya ke bumi dengan air mata yang dialirkan

Manakala di melihat burung-burung perusak tanaman terbang mengelilingi pagarnya

Dia mengusirnya

Aku tidur di bawah naungan yang rindang dengan hati yang senang

Dan mengusir semua yang mengganggunya

Kemudian aku berjanji setia kepada Tuhanku

Seperti itulah Bai’atur Ridwan dilakukan di bawah pohon untuk memberikan janji setia. Rasakanlah kamu menjadi salah seorang diantara mereka yang melakukan hal itu. Dan kamu bersama di tengah-tengah mereka. Dirimu dipenuhi oleh semangat bai’at janji setia sampai mati di jalan Allah SWT. demi membela ajaran ini tegak di muka bumi.

9. Syajaratul Hilm (Pohon Penyantun)

Imam Hasan Al Banna telah memahami seni menanam pohon keimanan ini. Karena itu ia menanamkan kepada kita pohon Kesantunan. Beliau menggambarkannya sebagai berikut: ‘Jadilah kamu seperti pohon yang berbuah. Manusia melemparinya dengan batu sedang ia melempari mereka dengan buahnya’.

Sesungguhnya ia telah memberikan gambaran yang baik dan masukan yang berfaedah. Karena sesungguhnya kebanyakan manusia cepat cenderung kepada kejahilan sehingga mendorong mereka untuk mendustakan para da’i dan menyakiti mereka dengan cara batil. Seandainya seorang da’i bersikap jahil seperti orang jahil itu dan membalas keburukan dengan keburukan semisal, niscaya akan lenyap dan pudarlah nilai-nilai kebajikan itu. Sebenarnya sikap yang harus diambil seorang da’i adalah berlapang dada, mengharapkan pahala Allah dan memohon ampunan bagi kaum yang tidak mengerti itu.

Syaikh Muhammad Ahmad Ar Rasyid menandaskan bahwa pohon keimanan itu mesti diberi pupuk dan disiraminya disetiap waktu. Dirawatnya dengan baik agar tidak dimakan hewan yang mendatanginya atau dihinggapi hama penyakit. Ia pun perlu diselamatkan dari tangan jahil manusia yang sering usil untuk memetik buahnya sebelum masanya. Ia perlu penjaganan yang ekstra agar pohon-pohon itu memberikan buahnya bagi dakwah ini. Itulah Tsamaratud Da’wah (Buah Dakwah). Yakni kader-kader dakwah yang militan yang menyediakan dirinya untuk melayani dakwah ini dan berkhidmat terus demi tegaknya ajaran ini.  Bila pertumbuhan kader ini terus tumbuh dari berbagai segmen dan usia secara seimbang maka dakwah ini akan mengalami tingkat produktifitas yang amat tinggi. Intajiyatud Da’wah (Produktivitas Dakwah). Dengan begitu mewujudkan misi utama dakwah ini untuk mencapai perubahan nilai dan norma akan semakin terrealisir.

Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya:107).

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan peranglah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Anfal:39).


sumber : al-ikhwan

Minggu, 23 Mei 2010

dm 1 azzam giribangun

Posted by Picasa

Prinsip-Prinsip Dakwah Ikhwan


Prinsip Pertama

Berhukum kepada al-Kitab dan as-Sunnah. Prinsip yang sama sekali tidak boleh dilanggar adalah berhukum kepada Allah Azza wa Jalla. Karena Allah telah memerintahkan kita untuk itu,

“Dan apa-apa yang kalian perselisihkan di dalamnya dari sesuatu maka hukumnya (kembali) kepada Allah.” (QS. asy-Syura: 10)

“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul dan pemimpin kalian. Bila kalian berselisih dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir, itulah yang paling baik.” (QS. an-Nisa:59)

Allah memerintahkan kita untuk mentaati Rasul-Nya saw., kemudian mentaati pemimpin. Dan bila terjadi perselisihan, baik antara kita dengan pemimpin atau antara sesama kita, maka harus dikembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Karenanya Imam Hasan al-Banna rahimahullah mengatakan dalam prinsip kedua, "Dan al-Qur'anul karim dan Sunnah yang suci adalah rujukan setiap muslim dalam mengenali hukum-hukum Islam. Al-Qur'an difahami sesuai dengan kaidah bahasa Arab tanpa berlebihan dan over. Sedangkan pemahaman sunnah yang suci dikembalikan kepada para tokoh hadits yang mulia."

Prinsip kedua

Setiap orang perkataannya dapat diambil atau ditolak kecuali al-ma'shum (yang terpelihara dari dosa) yakni Rasulullah saw. Tentang hal ini Ustadz Hasan al-Banna mengatakan dalam prinsip keenam, “Setiap orang dapat diambil perkataannya atau ditinggalkan kecuali al-ma'shum Rasulullah saw. Dan setiap yang datang dari para salaf ridhwanullahi 'alaihim yang sesuai degan al-Kitab dan Sunnah kami terima. Bila tidak maka Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya lebih utama untuk diikuti. Akan tetapi kami tidak menyebut pribadi-pribadi tertentu yang berselisih dalam hal ini melalui cacian atau penghinaan. Kami serahkan mereka dengan niat mereka kepada Allah, dan mereka akan memperoleh balasan apa yang telah mereka perbuat."

Terkait dengan hal inilah Ustadz Hasan al-Banna mengatakan, "Karena itu setiap orang, kecuali al-ma'shum saw., dapat diambil perkataannya atau ditolak."

Perkataan seseorang dapat dijadikan sandaran, selama memiliki dalil yang jelas tentang kebenarannya, dan ditolak selama tidak jelas petunjuk kebenarannya.

Dalam hal ini, ketika Ikhwan mengangkat perkataan para ummat terdahulu dari para imam fiqih, dan bahasa Arab, tidak terbetik dalam hati kami bahwa kita wajib hukumnya mengikuti mereka, apapun yang mereka katakan.

Meskipun demikian kami tetap berhujjah dengan perkataan mereka dan merekalah imam-imam fiqih, yang mengetahui berbagai uslub fiqih. Karenanya, Ikhwan juga tidak membolehkan seseorang berhujjah dengan apa yang tertera pada majalah yang dikeluarkan Ikhwan, atau juga dengan buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh Ikhwan.

Seluruhnya harus dikembalikan oleh al-Kitab dan sunnah yang suci. Seandainya hal tersebut tidak dilarang, niscaya semua orang dapat menghancurkan semua da'wah yang ada di medan da'wah dan harakah.

Prinsip Ketiga

Hasan al-Banna bukanlah sekedar seorang alim yang memberi pelajaran pada murid-murid sekolah, menganalisa masalah-masalah ilmiyah. Hasan al-Banna adalah seorang yang selalu memfokuskan perhatiannya pada gejolak ummat Islam, keterbelakangan dan kejauhan mereka dari agama mereka, kebodohan mereka terhadap Islam, penguasaan musuh-musuh atas mereka, sehingga beliau ingin mengembalikan kejayaan ummat ini kembali, dengan membina pribadi Islam, dan jama'ah Islamiyah yang dapat mengembalikan keashalahan (kemurnian), dinamika dan kebaikan ummat Islam.

Sedangkan tokoh yang orientasinya membina masyarakat dalam hal ini, bukanlah seperti orang alim yang mengatakan kalimat yang haq kemudian pergi dan tidak perduli pengaruh yang ditinggalkan akibat perkataannya itu.

Hasan al-Banna mengamati banyak hal, ia berjalan selangkah demi selangkah, meletakkan tahapan dalam beramal, di mana setiap tahapan ia bangun hingga pada taraf tertentu kemudian baru dilanjutkan pada tahapan berikutnya.

Hasan al-Banna dalam hal ini selalu berhadapan dengan berbagai realitas pahit. Para pendukung kebenaran hanya sedikit. Dan mereka yang mampu menyempurnakan bangunan dengan baik dari yang sedikit itu lebih sedikit lagi. Jumlah yang sedikit inilah yang harus meretas jalan, di tengah terpaan angin, di tengah kehidupan yang telah di penuhi khurafat, bid'ah dan ikhtilaf.

Hasan al-Banna membangun sebuah bangunan yang tak dapat dilakukan dalam waktu sehari, bahkan satu bulan. Berhadapan secara frontal dengan realitas dan kebatilan yang tak mungkin selesai dengan satu kali gempuran.

Orang-orang yang melemparkan kritik, sambil duduk di balik tumpukan buku dan menghakimi da'wah Syaikh Hasan al-Banna, telah melakukan kesalahan besar. Mereka tidak mengetahui apa tujuan yang diinginkan syaikh dalam da'wahnya.

Sebagian mereka menilai da'wah Ikhwan hanya dari satu tahapan ke tahapan lainnya, sementara yang lainnya tidak dapat menggambarkan harakah secara utuh. Mereka mengira bahwa syaikh dan da'wahnya bertentangan dengan mereka, karena mereka tidak menguasai harakah dan karakteristik da'wah Hasan al-Banna pada tahapan-tahapannya.

Sementara ada pula sebagian yang melihat pada sekelompok orang yang dirangkul oleh jama'ah dan tengah dibina di pangkuan da’wah. Dari sanalah orang-orang itu menilai da'wah, karena menggenalisir dan menyangka bahwa semua mereka adalah anggota Ikhwan.

Yang lain lagi mengkritik harakah berdasarkan prilaku, aqidah dan persepsi anggotanya. Sebagaimana orang-orang kafir menilai prilaku kita kaum muslimin, tanpa dilandasi paradigma dan prinsip yang kita sepakati.

Para kritikus itu memiliki manhaj yang beragam, sumber yang berbeda-beda, setiap orang melihat kebenaran pada satu sisi dan mengklaim da'wah Ikhwan sebatas apa yang mereka anggap benar. Bisa jadi orang lain yang benar, dan bisa jadi dia yang benar. Akan tetapi, karena keragaman manhaj dan sumber tadi, objek kritikannya pun hanya berkisar pada masalah-masalah parsial.

Sesungguhnya Syaikh Hasan al-Banna ingin mengembalikan sebuah arus Iman Islam, yang telah tersingkir dari dada ummatnya. Ia mengikat para pengikutnya dengan ikatan ukhuwwah Islamiyah, melakukan da'wah Islam disana sini, masuk ke dunia akademis, bergerak di bidang militer, hingga kementerian.

Al-Banna mengarahkan masyarakat kepada Islam sesuai pemahaman yang sederhana dan jelas. Terkadang ia mengemas da'wahnya dengan apik agar ummat terhindar dari perpecahan. Meskipun para pengikutnya memiliki pemahaman yang bertingkat-tingkat, namun ia mampu menghimpun mereka dan mendorong arus Islam ini secara umum, serta dapat berinteraksi dengan arus dan menerima perkembangan.

Inilah ruang lingkup yang harus dilihat pada Harakah Ikhwan. Suatu pandangan yang parsial tidak akan bermanfaat sebelum mengetahui ruang lingkup tersebut.

Hasan al-Bana bukan guru spesialis aqidah, atau fiqih. Ia adalah da'i penyeru ummat manusia pada Islam, melakukan pembinaan di atasnya, mengarahkan serta menghimpun manusia kepada Islam. la memiliki pemahaman yang baik terhadap Islam. Akan tetapi ia meletakkan rambu-rambu dan batasan yang tidak berarti pemisahan atau juz'iyah.

Selanjutnya, kita dapat mendiskusikan beberapa tulisan yang mengkritik Jama'ah Ikhwan. Dan dalam menilai pergerakan harakah Islamiyah ini ada beberapa hal yang perlu disepakati:

Pertama, Ketika kami berbicara tentang Ikhwan ,"Salafiyah" bukanlah istilah teknik untuk suatu jamaah, melainkan bentuk pemahaman terhadap Islam dalam menghadapi berbagai faham lain dari berbagai kelompok yang menyimpang. Pemahaman ini ada sejak awal sejarah Islam.

Pada dasarnya, seluruh du'at harus menjalani manhaj Salaf ridhwanullahi'alaihim, bergerak dengannya baik secara pemahaman, amalan dan aqidah. Salafiyah bukan sebuah jama'ah dari jama'ah-jama'ah, dan bukan merupakan satu hizb dari berbagai hizb yang ada.

Kedua, Tuduhan bahwa Ikhwan tidak memiliki persepsi aqidah yang jelas adalah propaganda yang membutuhkan bukti. Dan apa yang disebutkan para kritikus itu tidak dibangun di atas dalil.

Syaikh Hasan al-Banna telah meletakkan dasar-dasar aqidah yang jelas dalam banyak tulisannya. Dalam hal ini beliau selalu merujuk pada al-Qur'an dan Sunnah. Pada keduanyalah terdapat kehidupan dan kesembuhan hati.

Syaikh Hasan al-Banna mengetahui dengan baik perbedaan yang terjadi antara mazhab salaf dan khalaf. Akan tetapi melalui kepekaan seorang da'i ditengah konspirasi musuh-musuh lain, beliau ingin mendekatkan berbagai sudut pandang. Ia berupaya menjelaskan bahwa perbedaan antara salaf dan khalaf bukanlah perbedaan besar. Semestinya pendapat seperti ini tidak harus memunculkan fitnah terhadapnya.

Adapun bahwa beliau mengajak untuk saling menolong di antara kelompok Islam dan madzhab Islam, maka upaya untuk mewujudkan itu tidak membahayakan selama seorang muslim mengetahui manhaj yang benar, dan tetap berpegang teguh kepadanya.

Cukuplah bahwa Syaikh Hasan al-Banna memberi rambu-rambu pemahamannya sebagaimana terdapat pada ushulu al-'isyriin.

Syaikh Hasan al-Banna juga tidak lupa menyebutkan masalah tashawuf yang dimaksud dengan pembinaan jiwa dan pembinaan perilaku, jauh dari khurafat, bid’ah, suatu pola yang telah banyak mendapat pujian dari banyak orang.

Rincian Tuduhan dan Jawaban

Tuduhan bahwa Ikhwanul Muslimin Tidak Memiliki Persepsi Aqidah yang Jelas

Ketika membahas manhaj aqidah Ikhwan, kami telah menjelaskan bahwa aqidah Ikhwanul Muslimin adalah sebagaimana aqidah salafiyyah. Karenanya, Hasan al-Banna begitu besar perhatiannya terhadap masalah aqidah.

Beliau mengatakan, "Yang saya maksud dengan ukhuwwah adalah agar hati dan ruh kaum muslimin itu bersatu dengan ikatan aqidah, sebagai ikatan yang paling kokoh dan kuat."

Masalah aqidah dibahas secara detail dan jelas:

Dalam al-Ushul 'isyriin, masalah tersebut secara gamblang dan rinci dijelaskan dalam poin berikut:

  • Prinsip pertama dan kedua, tentang aqidah dan hubungannya dengan amal perbuatan. Inilah aqidah yang-benar dan ibadah yang lurus. Serta al Qur'an dan Hadits sebagai rujukannya.
  • Prinsip ketiga: Pengaruh Iman terhadap diri muslim.
  • Prinsip keempat:, Tentang jimat dan berbagai bentuk kemusy- rikan dan bid'ah yang harus diperangi.
  • Bagian terakhir dari prinsip kesembilan: Tentang penghormatan terhadap shahabat dan persoalan yang terkait dengan mereka, ridhwanullahi ‘alaihim.
  • Prinsip kesepuluh: Keyakinan tentang Tauhid uluhiyah dan Rububiyah
  • Prinsip ke sebelas: Bid'ah dalam agama Allah dan cara memeranginya.
  • Prinsip ke tiga belas: Orang-orang shalih dan karomah.
  • Prinsip keempat belas: Masalah kuburan dan bid'ah yang terkait dengannya.
  • Prinsip ke lima belas: Masalah do'a dan tawassul.
  • Prinsip ke tujuh belas: Aqidah dan keterikatannya dengan amal.
  • Prinsip ke delapan belas: Aqli dan naqli dalam aqidah.
  • Prinsip ke sembilan belas: Hubungan dalil Aqli dan naqli dalam aqidah, dan apabila terjadi kontradiksi maka dalil naqli lebih diulamakan.
  • Prinsip ke dua puluh: Tidak melakukan takfir (mengkafirkan) terhadap orang yang berbuat dosa kecuali dia berikrar dan selalu mengulangi perbuatan itu, sesudah dijelaskan tentang penyimpangannya.

Selain prinsip-prinsip tersebut perhatian tentang aqidah tampak juga pada keterangan beliau pada bab kedua yang membahas tentang da'wah, dijelaskan dalam prinsip pertamanya tentang syumuliyatul fahm, pemahaman Islam yang integral.

Dalam bab ketiga tentang manhaj, prinsip kedua, dijelaskan bahwa landasan pemahaman seorang muslim dan rujukannya dalam manhaj adalah al-Qur'an dan sunnah. Pada prinsip keenam dalam bab tersebut disebutkan bahwa kesucian itu hanyalah pada al-Qur'an dan sunnah Nabi saw.,juga disebutkan sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi masalah khilafiyah.

Pada prinsip kesembilan dijelaskan agar seorang muslim tidak tenggelam dalam masalah-masalah perdebatan dan meninggalkan semua unsur yang memecah belah. Kemudian pada prinsip keenam belas menerangkan masalah 'urf dan pengaruhnya.

Di bab keempat, tentang fiqih, dijelaskan dalam prinsip ke tujuh tentang ijtihad dan taqlid. Pada prinsip ke delapan, tentang perselisihan dalam furu' (cabang) dan pertentangan di dalamnya.

Pada prinsip keduabelas, dijelaskan seputar ibadah dan penambahan ibadah serta pemahaman ulama terhadap masalah tersebut.

(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)

sumber : www.eramuslim.com

perbaiki diri dan ajak orang lain


Saya telah jelaskan bahwa perkara paling penting yang perlu kita tumpukan di dalam marhalah ini di atas jalan dakwah ialah memperbaiki diri dan menyeru atau mengajak orang lain kepada jalan dakwah kita. Telah dijelaskan bahwa memperbaiki diri adalah perkara yang besar dan penting yang perlu diberikan perhatian khusus dengan bersungguh-sungguh sebab inilah kewajiban pertama dan asasi bagi setiap Muslim di dalam hidup ini, sehingga diri kita berada di dalam keridhaan Allah. Sukses mencapai jannatun naim dan terlepas dari azab Allah di Akhirat.

Memperbaiki diri juga merupakan tindakan dan usaha yang perlu dan mesti dalam merealisasikan berbagai kepentingan dan kewajiban yang lain. Dan kita katakan bahwa dasar yang sempurna yang menjadi asas perbaikan diri dan pembentukan pribadi manusia berakidah ialah akidah yang sahih yang menjadikan pendukung dakwah hidup dengannya, mengambil daripadanya segala urusan dan menyerahkan kepadanya segala apa yang dimilikinya, waktunya, usahanya, fikirannya, hartanya dan jiwanya.

Akidah yang telah didukung oleh salafussoleh lalu. Akidah itu menjadikan mereka sebagai contoh-contoh yang unik, teladan yang tiada tandingannya yang mengemukakan bentuk dan rupa yang ajaib dan mengagumkan di segala medan jihad dan pengorbanan, tebusan, pemberian, amanah, kesetiaan, cinta, kesan-kesan perhambaan yang benar kepada Allah dan dalam segala hal dan medan kebaikan.

Imam as-Syahid bersungguh-sungguh menjauhkan kita di akidah ini dari segala perkara yang menghapuskan intipatinya dan yang mungkin merubah dan memudahkannya menyimpang kepada perkara logika akal semata-mata yang jauh dari hati dan perasaan. Ini akan membawa pendukungnya ke dalam kancah perdebatan dan pertengkaran yang tidak berfaedah kepada pendukungnya di waktu susah, di waktu ujian dan di waktu bencana.

17.1 Ibadah yang Sahih

Setelah memahami asas yang teguh dan kuat dari akidah salimah (akidah yang lurus) dalam memperbaiki jiwa, barulah datang peranan ibadah yang sahih. Peranan ibadah ini mempunyai kesyumulan dan merangkumi segala urusan hidup. Kita tidak membatasinya hanya kepada shalat, puasa, zakat dan haji saja. Karena risalah kita dalam hidup ini, tugas kita di dalam hidup ini ialah beribadah kepada Allah yang berarti hidup kita ini seluruhnya adalah ibadah kepada Allah:

"Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadat kepadaKu." Az-Zariyaat: 56

Setiap kita mestilah berusaha bersungguh-sungguh untuk merealisasikan pengertian ini dengan membetulkan niat dalam setiap amalan. Mulai dari makan, minum, mencari ilmu dan amalannya, perkawinannya sebagai alat untuk menolongnya mentaati Allah dan memperbaiki ibadatnya. Dengan itu rumah menjadi mihrab, tempat beribadat kepada Allah, sekolah dan kampus, gedung perniagaan, kebun, ladang, sawah dan tempat-tempat permainan, bahkan dunia seluruhnya menjadi mihrab tempat kita beribadah kepada Allah.

Segala usaha dan perkataan yang lahir merupakan ibadah kepada Allah. Untuk itu, segala ibadah yang akan diterima oleh Allah mestilah memenuhi syarat yang sesuai dengan syariat Islam dan jauh dari segala yang haram dan dimurkai Allah. Oleh karena itu, setiap Muslim mesti mengetahui hukum-hukum ibadah dan syarat sahnya. Wajib mengetahui sunnah dan cara hidup Rasulullah s.a.w. dalam setiap perkara yang kita sebutkan tadi.

Dia mesti mengetahui dan mengamalkan semampu mungkin doa-doa ma'tsurat dari Rasulullah s.a.w. dalam setiap urusan dan beriltizam dengannya. Dengan demikian, seluruh hidup Muslim merupakan satu kehidupan rabbani, hidup menurut cara hidup yang diajarkan oleh Allah dan jadilah Muslim itu abdan Rabbanian, hamba yang bersifat ketuhanan, hamba yang menyembah Allah Taala, Tuhan seluruh alam.

Perkara yang mesti dalam ibadah ialah niat ikhlas kepada Allah semata-mata, jauh dari riya' dan menghadirkan hati menunaikan ibadah kepada Allah supaya amal dan ibadat itu diterima oleh Allah. Sebagai contoh, shalat yang diterima oleh Allah ialah shalat yang mencegah dari kejahatan dan kemungkaran. Bukan hanya sah dari sudut-sudut hukun fiqh saja, tetapi shalat yang mampu menghubungkan pendukungnya dengan Allah dengan penuh khusyuk, tunduk dan takut kepada Allah dan merupakan mi’raj bagi ruh dah jiwa orang mukmin.

17.2 AkhlakYang Teguh

Salah satu dari asas memperbaiki diri dan jiwa ialah menunjukkan contoh, sifat dan akhlak Islamiyah yang mulia seperti yang dianjurkan kepadanya oleh al-Quran dan sunnah Rasulullah s.a.w. Ini karena akhlak dan moral itu memainkan peranan penting dalam kehidupan individu. Ia berkait erat dengan segala kegiatan hidupnya, berkaitan dengan sikapnya terhadap kerabatnya, tetangganya dan semua orang yang bergaul, bermuamalah serta berurusan dengan mereka.

Perkara yang mesti ada pada seorang pendakwah yang menyeru manusia ke jalan Allah ialah dia mesti bersifat dengan sifat Muslim yang sejati supaya dia menjadi contoh teladan buat mad’unya dan dapat merealisasikan Islam dengan perkataan dan amalannya, bukan hanya dengan teori saja.

Contoh praktis itu lebih besar pengaruh dan kesannya di dalam jiwa manusia dari perkataan saja. Teladan kita ialah Rasulullah s.a.w. Dan, akhlak Rasulullah s.a.w itu ialah al-Quran. Banyak hadis-hadis Rasulullah yang mendorong kita berakhlak dengan akhlak yang mulia di antaranya:

"Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."

Dan sabda baginda lagi:

"Sesuatu yang paling berat dalam timbangan pada hari kiamat ialah taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik."

Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia berarti kita mesti meninggalkan akhlak yang hina.

Dari sabda: Rasulullah s.a.w, "Yang paling berat dalam timbangan pada hari akhirat ialah taqwa kepada Allah." Berarti tidak berubah-ubah dan tidak plin-plan dengan perubahan suasana dan pertukaran keadaan. Jadi alangkah wajarnya kita melatih diri kita dengan kesungguhan dan perhatian dan menghiasi diri dengan adab-adab dan akhlak Islam. Sebagai satu misal: Sifat hilm satu sifat yang mampu menguasai dan menahan diri dari kemarahan.

Dalam perkara ini Rasulullah saw. bersabda:

"Bukanlah orang yang kuat itu mengalahkan orang lain dalam satu pertarungan tetapi yang kuat itu ialah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah."

Alangkah kuatnya manusia berakidah jika dia mempunyai sifat-sifat orang yang beriman yang tersebut di dalam kitab Allah atau dalam hadis-hadis Rasulullah s.a.w. dan senantiasa merujukkan halnya dan mengukur sejauh mana iltizamnya dan pengabaiannya dalam memiliki sifat-sifat itu dan terus berusaha dan menyempurnakan dirinya dengan sifat yang mulia itu.

17.3 Tsaqafatul Fikr

Satu lagi aspek memperbaiki diri yang lazim untuk laki-laki berakidah yang tampil untuk amal Islami dan dakwah Islam, yang menyeru manusia pada jalan Allah dia mesti mempunyai budaya berfikir.

Tsaqafatul fikr (pendidikan fikiran) merangkumi tiga aspek asasi: Aspek pertama ialah: pengenalan yang salim (lurus) dan sempurna tentang Islam yang menjadikan dia melaksanakan Islam dengan pelaksanaan yang betul dan lurus terhadap dirinya dan melayakkannya menyampaikan Islam itu dengan baik kepada orang lain. Dia melaksanakan dan menyampaikannya dengan menyeluruh, menjaga kemurnian dan kejatiannya.

Aspek kedua: Dia mesti mengetahui suasana dan keadaan dunia Islam dahulu dan sekarang, mengenali musuh-musuh Islam dan mengetahui semua cara dan tindak tanduk mereka. Dia mesti mengetahui peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi dan yang mempengaruhi Muslimin dari dekat atau dari jauh. Dia mesti mengetahui siapakah golongan yang bekerja di bidang dakwah Islam, mengetahui kecenderungan dan cara-cara kerja mereka, bagaimana bentuk tolong menolong yang perlu dibuat bersama mereka dan Iain-lain lagi perkara yang lazim bagi orang-orang yang tampil di bidang amal Islami.

Aspek ketiga: Memperbaiki pengkhususan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan seperti kedokteran, pertanian, perniagaan, perindustrian dan lain-lain. Maka tidak boleh tidak, seorang insan akidah mesti berusaha memperbaiki dan menguasai bidang profesional supaya dia mendapat tempat di dalam masyarakat dan dapat mengisi tempat-tempat kosong tatkala kita membangun dan menegakkan daulah Islam. Patut kita menyebutkan di sini bahwa sebagian besar dari ilmu pengetahuan modern ini telah diasaskan oleh ulama dan cendikiawan Islam di zaman dahulu. Karena agama kita mendorong kita mencari ilmu dan belajar dengannya dan dapat menghubungkan ilmu dengan Al Khaliq, Allah s.w.t.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan". Al-Alaq: 1

Semestinyalah orang-orang yang bekerja di bidang dakwah di kalangan pelajar dan mahasiswa supaya mereka menjadi golongan yang terkemuka di dalam subjek pengkhususan mereka kerana sekiranya mereka terkebelakang di dalam pelajaran, mungkin akan menjauhkan orang lain dari amal dan usaha Islamnya.

17.4 Kekuatan Jasmani

Satu lagi dari sudut memperbaiki diri yang dituntut dari agen dakwah ialah dia mesti menjaga kesehatan jasmaninya supaya dia mampu memikul berbagai beban dan tugas dakwah dan jihad. Supaya kelemahan jasmani tidak menjadi halangan baginya dalam rangka merealisasikan cita-cita yang besar yang kita harapkan.

Rasulullah s.a.w. mendorong kita menjaga dan memperhatikan jasmani kita:

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang-orang mukmin yang lemah dan ada kebaikan kepada tiap-tiap individu."

Kita dapati banyak hadis dan sunnah Rasulullah s.a.w yang menolong kita untuk memelihara kesehatan dan keselamatan jasmani kita. Kita juga mendapati Imam as-Syahid memberi perhatian yang cukup dalam perkara ini karena menyahut arahan Rasululah s.a.w itu.

Ada disebut di dalam kewajiban saudara yang beramal untuk Islam di dalam Risalah at-Ta'alim, menuntut setiap aktivis bersegera konsultasi dengan dokter memeriksa kesehatan keseluruhan dan mengobati penyakit yang ada padanya, memelihara kesehatannya dan menjauhkan perkara yang melemahkan kesehatan. Misalnya, beliau mengingatkan supaya kita menjauhi minum kopi yang berlebihan dan seumpamanya.

Beliau melarang menghisap rokok. Beliau juga mengingatkan kita supaya menjaga kebersihan dalam segala perkara, bersih dalam rumah, pakaian, makanan, badan dan tempat kerja. Kita disuruh agar menjauhi minuman keras, minuman yang memabukkan dan mengkhayalkan. Dan segala perkara di dalam aspek tersebut mesti dijauhi.

17.5 Sudut-sudut Lain Yang Lazim

Kita menghendaki Muslim yang berjihad untuk dirinya, yang berguna kepada manusia, yang menjaga waktunya, yang berdisiplin di dalam segala urusannya dan mampu bekerja untuk keperluan hidupnya.

Ini semua adalah sudut-sudut asas dan mesti ada pada syakhsiah Muslim sebagai agen dakwah supaya dia mampu memainkan peranan yang dituntut darinya menurut bentuk dan rupa yang sahih.

Tidak dapat difikirkan adanya seorang pendukung dakwah yang tampil ke depan untuk kerja-kerja Islam tanpa mempunyai nilai-nilai dan sifat-sifat ini ataupun sebagiannya. Orang yang mengikuti hawa nafsu, tidak berjihad melawan nafsunya, tidak mampu mengawal tindak tanduknya, tidak layak menjadi pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, menyuruh manusia berbuat sesuatu walaupun dia tidak mampu berbuat demikian.

Pendukung dakwah terpaksa melalui berbagai suasana dan situasi yang berubah dan peristiwa-peristiwa yang datang silih berganti. Jadi, dalam mengatasi dan melintasinya memerlukan mujahadah yang banyak, melawan nafsu, dan sanggup menanggung beban dan ujian. Dan pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah mesti mampu membawa faedah dan kebaikan kepada manusia dengan senang hati dan murah hati walaupun kebaikan dan jasanya itu dibalas dengan penyiksaan dan bahaya karena demikianlah sikap Rasulullah s.a.w. membawa kebaikan kepada manusia dan sabar menanggung segala ujian dan gangguan dari manusia.

Jadi pendukung dakwah mesti merebut kesempatan membuat kebaikan kepada manusia dan bersegera kepadanya sesuai dengan berbagai cara:

"Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehinya." Al Mukminun: 61

Manusia dakwah mesti memelihara waktunya untuk digunakan kepada tiap-tiap kerja yang berfaedah yang bersungguh-sungguh untuk dakwahnya. Tidak ada waktunya yang tersia-sia karena waktu itu adalah kehidupan dan kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia. Waktu yang telah berlalu tidak mungkin kembali lagi dan kita akan ditanya tentang waktu pada hari kiamat.

Rasulullah s.a.w. telah bersabda:

"Tidak ada hari yang terbit fajarnya kecuali dia memanggil, "Hai anak Adam aku makhluk baru dan di atas amalmu aku menjadi saksi maka ambillah bekalan dariku karena sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat."

Kita menghendaki dari saudara Muslim supaya dia berdisiplin dalam setiap urusan di jabatan apa pun, dalam bidang tugasnya, dalam pertimbangannya dan di dalam seluruh urusan hidup karena itulah yang mendorongnya lebih memperbaiki karya dan hasil usahanya di samping memuliakan waktu, usaha dan hartanya dan mendapat natijah (hasil) dengan cara yang baik dari segala tenaga yang telah dugunakannya.

Dan menjadi satu tabiatnya, dia mempunyai satu pekerjaan yang tertentu untuk mencari rezeki yang halal supaya ia tidak menjadi beban kepada manusia, supaya berada di dalam ketenangan dan kemantapan kehidupan yang menolongnya untuk berjaya membawa hasil di bidang dakwah. Supaya dia dapat mendirikan sebuah rumahtangga dan melahirkan generasi yang soleh, keturunan yang baik untuk masyarakat Islam.

17.6 Bagaimanakah Caranya Merealisasikan Perbaikan Ini?

Tidak cukup kalau kita hanya mengetahui langkah-langkah Islahunnafs (memperbaiki diri) yang dituntut untuk merealisasikannya, bahkan kita juga perlu tahu bagaimana cara untuk melaksanakannya.

Sebagaimana yang telah kita maklumi, kita dapati di sana ada sudut pendidikan tsaqafi di samping adanya tarbawi takwin (pendidikan pembentukan) di mana kedua aspek tersebut memerlukan usaha perseorangan dan usaha jama'iah yang berencana, mempunyai berbagai cara dan alat.

Faktor penolong tersebut di atas dengan bentuk yang lebih berkesan ialah adanya seseorang melaksanakan tugas-tugasnya dan pekerja yang telah disebutkan di dalam penghujung Risalah At Ta'alim yang telah ditulis oleh Imam as-Syahid dan telah disinggung juga di sekitar tujuan-tujuan usrah persaudaraan. Juga membiasakan diri mengamalkan wirid, muhasabah mengoreksi diri setiap hari.

Dengan itu, seseorang itu dapat menghadapi dan menilai setinggi mana keimanannya, dan seperti apa tugas-tugasnya dan adakah amalnya yang menyimpang dari ajaran Islam. Melibatkan diri dengan kerja-kerja Islam di bidang dakwah, adalah satu cara yang paling mujarab yang menolong kita memperbaiki diri, karena sesungguhnya dengan membaca kitab-kitab saja tidak mampu membina insan.

Sesungguhnya menyeru manusia kepada Allah dan menentang kebatilan merupakan satu pendidikan kepada para du’at serta memberi mereka pengalaman, kepandaian, keteguhan, ketetapan dan ketahanan di atas kebenaran.


Perbaikilah dirimu dan ajak orang lain. Itulah pertama untuk satu-satunya jalan dalam rangka membangun persatuan kaum muslimin, meninggikan mereka supaya mereka dapat menduduki tempat yang wajar sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, sebagai golongan manusia yang memberi pengajaran kepada manusia serta menunjukkan mereka kepada siratul mustaqim.

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." Ali Imran: 110

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (pebuatan) kamu." Al-Baqarah: 143

Tujuan memperbaiki diri adalah untuk mewujudkan pejuang dakwah yang sahih. Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukmin yang benar. Kemudian mereka akan mengikat janji untuk bersaudara dan berkasih sayang untuk menjadi satu dasar yang kokoh yang mempunyai iman yang teguh.

Di atasnyalah didirikan bangunan Islam yang menjulang tinggi yang merealisasikan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, hingga muslimin menjadi pemimpin dunia dan beroleh bahagia di akhirat dan akhirnya janji Allah menjadi nyata di hadapan manusia.

"Dialah yang mengutuskan RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkannya terhadap semua agama. Cukuplah Allah sebagai saksi." Al-Fath: 28

Kita telah membahas bagian pertama tentang memperbaiki diri dengan uraian serba ringkas serta beberapa penekanan. Sebelum saya membahas bagian kedua, yaitu mengajak orang lain kepada Allah, sebaiknya saya mengingatkan bahwa orang yang kita seru untuk melalui jalan Allah, melalui jalan dakwah Islam, bahwa apa yang kita serukan kepadanya adalah semata-mata untuk memperbaiki dirinya dan menyeru manusia kepada Allah. Ini merupakan perkara yang terpenting dalam urusan hidup mereka bahkan inilah perkara yang menentukan hidup mereka. Oleh karena itu, siapa yang layak dalam perkara itu wajiblah ia memberi perhatian yang utama dan pertama kepada perkara itu.

Sesungguhnya kita menyeru dia dan manusia kepada satu perniagaan yang tidak merugikan. Perniagaan yang melepaskan kita dari azab Allah. Dan ada padanya nikmat yang kekal, yaitu syurga dan tempat-tempat kediaman yang baik. Di samping itu ada padanya pertolongan dan pemberian kuasa dari Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan rasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai 'Adn'. Itulah keberuntungan yang besar. Dan ada lagi kurnia yang lain yang kamu sukai yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat waktunya. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. " As-Saff: 9-13

Ini adalah satu urusan yang penting dan besar. Sesungguhnya kita menyeru para aktivis dakwah supaya menyerahkan diri dan segala apa yang ada pada mereka untuk perjuangan di jalan Allah. Kemudian, mereka juga mengajak yang lain untuk menyerahkan dirinya dan segala apa yang ada padanya di jalan Allah.

Kita tidak menyeru manusia supaya membeli saham di dalam satu rancangan perniagaan atau pertanian atau perusahaan untuk melipatgandakan harta saudara yang berlebihan dari keperluan saudara. Tetapi kita menyeru saudara kepada satu perniagaan dengan Allah.

Dialah, Allah, yang membeli dari kita, diri kita dan harta kita dengan harga yang mahal. Ketahuilah bahwa harganya adalah syurga yang seluas langit dan bumi. Maka adakah lagi di sana satu perkara yang dapat menandingi perkara yang paling besar dan menentukan kesudahan kita?

Sekiranya para pengusaha dan ahli perniagaan dunia mengorbankan usaha mereka untuk melariskan barang perniagaan mereka, memajukan rancangan mereka, menyebarkan iklan barang-barang mereka, mempamerkan dengan baik dan menarik hati manusia padanya dan menonjolkan keuntungan yang diperolehi daripadanya. Alangkah baiknya kita mengorbankan segala usaha kita untuk dakwah di jalan Allah, dakwah Islam yang memang lebih layak menerima layanan dari kita.

Kita tunjukkan dakwah itu kepada manusia dengan cara yang sebaik-baiknya. Kita kemukakan kepada mereka, menggembirakan hati mereka supaya mereka dapat menerima dengan senang dan puas hati. Kita mesti bersabar melakukannya. Alangkah besarnya keuntungan yang akan pulang kepada pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah dan orang yang diseru apabila dia menyahut seruan pendukung dakwah Islam.

Urusan dakwah kepada Allah tidak dapat disimpulkan dengan satu atau dua tajuk rencana, tetapi kita perlu merujuk kembali kepada buku-buku, risalah-risalah dan artikel-artikel yang ditulis di sekitar dakwah dan pendukung dakwah. Juga, tidak boleh tidak, mesti melibatkan diri secara langsung dengannya dalam urusan dakwah yang membentuk da'i Ilallah yang membersihkan dan memberikannya pengalaman dan latihan. Memadailah di sini dengan menyebutkan beberapa pandangan dan ketenangan yang dapat dijadikan petunjuk. Semoga Allah memberkatinya.

Hendaklah diketahui bahwa para pendukung dakwah pada hari ini bukanlah para pendukung dakwah semalam karena mereka pada hari ini adalah golongan yang terpelajar yang telah dipersiapkan, yang telah dilatih. Mereka terdiri dari golongan profesional (terutamanya di negara barat) di mana mereka mengkhususkan satu pasukan yeng terlatih bagi tiap-tiap fikrah untuk menjelaskan perkara yang samar dan memunculkan perkara yang baik, dan mereka telah berupaya melakukan berbagai cara penyebaran dan jalan-jalan di'ayah dan propaganda serta mencari jalan yang paling hampir dan mudah dipercayai dan diterima pada jiwa manusia.

18.1 Kemuliaan dan Kepercayaan (Tsiqah)

Kemuliaan dan kebanggaan apa lagi yang saudara mau setelah saudara menjadi pendukung dakwah, penyeru kepada Allah, karena sesungguhnya saudara menyeru kepada setinggi-tinggi cita-cita dan semulia-mulia tujuan. Sesungguhnya berdakwah kepada Allah itulah tugas Rasulullah s.a.w. kepada mereka semua. Tiap-tiap perkataan yang saudara serukan manusia kepada Allah, itulah sebaik-baik perkataan dan Allah telah menetapkan demikian dalam firmanNya:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan yang saleh dan berkata. "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" Fushilat: 33

"Dari kalangan orang-orang yang menyerah diri kepada Allah", adakah lagi di sana satu perkataan yang lebih mulia dari itu? Sesungguhnya kita menyeru manusia kepada kebenaran dan kebenaran inilah yang lebih patut diikuti. Apakah ada lagi selain kebenaran itu kecuali kesesatan.

Kita membawa mutiara dan cahaya supaya kita memandu manusia yang sesat di tengan-tengah kegelapan. Karena sesungguhnya kita berada di atas agama yang benar yang diterima oleh Allah dan yang lain selainnya adalah batil. Al-Quran inilah kitab Allah yang tidak mungkin dicampuri oleh kebatilan, apakah dari depan atau dari belakang.

Inilah kitab yang diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana lagi yang terpuji. Dunia pada hari ini sangat-sangat memerlukan agama ini untuk menyelamatkan kecelakaan yang menimpanya. Marilah kita berdakwah, yakinlah, percayalah dan berpuas hatilah kepada kesempurnaan dan ketinggian apa yang kita serukan kepadanya.

18.2 Beberapa Perkara Yang Berhubungan dengan Pendukung Dakwah

Ad-da'i ilallah, pendukung dakwah mestilah tahu bahwa melaksanakan tugas dakwah kepada Allah adalah perkara yang wajib dan bukanlah perkara sukarela saja. Dia mesti berdakwah setiap masa, setiap tempat dan dalam situasi dan kondisi apa pun walaupun di dalam penjara atau di bawah tekanan dan kesusahan. Sekalipun dia mengalami gangguan dan ujian, lantaran berdakwah kepada Allah, janganlah perkara tersebut menghalanginya dari meneruskan dakwahnya demi membawa kebaikan kepada manusia dengan kesabaran dan hanya mengharap pertolongan dan ganjaran dari Allah.

Allah berfirman:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?". Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di
antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". Fushilat: 33-35

Imam as-Syahid telah memberi wasiat dalam pengertian ini dengan berkata:

"Jadilah kamu di kalangan manusia seperti pohon buah. Mereka melemparnya dengan batu, tetapi dia membalas mereka dengan buah". Dan berkata lagi: "Wahai saudaraku sesungguhnya saudara hanyalah beramal untuk dua tujuan: Supaya saudara berjaya dan menunaikan tugas yang wajib. Sekiranya tujuan pertama gagal, yaitu tidak ada orang yang menyahut seruan saudara, janganlah pula saudara terlepas dari yang kedua, yaitu saudara memang harus menunaikan kewajiban".

Para pendukung dakwah yang menyeru manusia kepada Allah, mestilah menyeru manusia kepada Allah dari markas kekuatan dan kemuliaan, bukan dari markas kelemahan dan kehinaan. Dari kedudukan orang yang percaya, yakin dan puas hati, bukan dari kedudukan orang yang ragu dan bimbang dan bukan dari kedudukan orang yang mempertahankan dan membela musuh-musuh Islam.

Para du'at kepada Allah mesti menjadi contoh teladan yang baik kepada apa yang diserukan dan benar-benar berjalan dengan apa yang diseru kepada manusia. Setiap yang diserukan itulah yang diperbuatnya, apa yang dikata itulah yang dilakukan, amalannya sesuai dengan kata-katanya. Supaya dia tidak terjatuh kepada kemurkaan Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan". As-Saff: 2-3

Pendukung dakwah yang menyeru manusia mestilah ikhlas karena Allah di dalam dakwahnya. Tidak ada yang diharapkan daripadanya kecuali keredhaan Allah. Tidak mengharapkan pujian dan sanjungan dari manusia dan tidak harus menunggu untuk dikagumi ucapannya oleh manusia. Dia mesti berkata benar dan bersifat benar di dalam segala perkara supaya dia senantiasa dipercayai oleh manusia.

Ad-da'i kepada Allah mesti sabar, redha menanggung segala rintangan yang mengganggunya di tengah jalan. Ridha menanggung dan menerima segala penyiksaan, kritikan, ejekan dan berpalingnya manusia daripadanya. Dia mesti bersifat ramah pengasih, penyayang, lemah-lembut. Sebab yang demikian itu akan menyebabkan manusia sayang kepadanya dan menolongnya, tertarik hati kepadanya dan menggabungkan diri kepadanya dan benarlah Allah yang Maha" Agung:

"Maka disebabkan Rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu ". Ali lmran: 159

Sahibud-dakwah mestilah bersifat Hilm tatkala mengendalikan dirinya di waktu marah. Jangan mudah marah dan melatah, mestilah berlapang dada dan berjiwa besar kepada setiap yang bertanya, yang mengkritik atau yang memberi nasihat sekalipun bagaimana cara nasihat yang paling baik dan mesti bersedia menerima nasihat dalam bentuk apa pun.

Sahibud-dakwah, pendukung dakwah kepada Allah, mestilh menghafaz al-Quran dan hadis Rasulullah s.a.w. selagi dia mampu berbuat demikian. Sebab yang demikian itu menolongnya mengambil dalil dari al-Quran dan Hadis Rasulullah s.a.w. dalam setiap urusan dan pengertian yang datang kepadanya.

Dia mesti mengetahui sirah yang harum peninggalan Rasulullah s.a.w. untuk memperoleh pengajaran, pendirian dan teladan. Sebab, ia dapat mempengaruhi dan memberi kesan di dalam jiwa. Dari sirah Rasulullah s.a.w. itu, sahibud dakwah yang menyeru manusia kepada Allah memperoleh uslub, cara dakwah dan cara harakah dalam berdakwah.

Dia patut menyediakan satu buku catatan ketika membaca kitab dan bersungguh-sungguh untuk mencatat hal-hal penting dan menarik dari bacaannya sebagai bekalan dalam jalan dakwah. Ini karena, terlalu bergantung kepada daya ingatan selalu mengkhianati tuannya. Jadi perlulah disediakan buku catatan atau buku peringatan.

Sahibud-dakwah perlu mengetahui berbagai urusan agamanya, karena dia senantiasa terarah kepada berbagai persoalan dan tafsiran. Dia juga perlu mempunyai pemikiran Islam supaya dia memandang segala perkara dan peristiwa dengan pandangan Islam dan menghukum segala sesuatu menurut kaca mata Islam.

Sahibud-dakwah, mesti mengetahui bahwa di samping mempunyai kefahaman yang teliti dan halus terhadap Islam, dia juga perlu kepada keimanan yang mendalam serta hubungan dan kepercayaan terhadap Allah. Inilah sebaik-baik bekalan di atas jalan dakwah.

18.3 Di Sekitar Uslub Dakwah

Uslub atau cara berdakwah adalah sebagian dari dakwah. Tingginya tujuan dan cita-cita yang kita seru manusia kepadanya tidaklah mencukupi kalau dilaksanakan dengan cara yang salah dan tidak proporsional. Ada kemungkinan uslub dan cara yang digunakan itu memburukkan suasana atau menyebabkan manusia lari dan menjauhkan diri dari dakwah kita akibat tidak sesuai dengan masa dan tempat. Untuk itu Allah telah memberi arahan kepada kita dengan firmanNya:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik". An-Nahl: 125

"bil-hikmah ": dengan kebijaksanaan, dengan hujah-hujah yang kuat dan bukti yang konkrit. Menyuruh orang berbuat baik dan melarang mereka dari berbuat munkar dan jahat mestilah dengan cara yang baik, sikap yang baik, kata-kata yang lemah lembut. Bukan dengan kasar dan keras.

Sahibud-dakwah mesti berani mengatakan perkara yang benar walaupun pahit, tetapi dengan cara yang menarik dan senang diterima oleh manusia. Di samping itu, dia tidak boleh bermuka dua, tidak boleh bersifat munafik walaupun dengan tujuan menarik hati manusia atau menggembirakan mereka dan menarik minat mereka kepadanya.

Dia harus tegas dan terus terang supaya manusia dapat mengenali kebenaran yang dibawanya. Karena sesungguhnya cara yang ambigi dan bersifat munafik, tidak sesuai dengan keagungan, kebenaran dan dakwah Allah yang diserukannya. Dan Allah telah memberi amaran kepada Rasulullah s.a.w di dalam firmanNya:

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak pula kepadamu ".
Al-Qalam: 9

Mereka suka jika kamu tidak tegas, supaya mereka tidak tegas pula dengan kamu. Sahibud-dakwah perlu memahami jiwa manusia dan mengetahui anak kunci hati supaya dia mampu membuka pintu-pintu hati dan menyampaikan kepada manusia apa yang dikehendaki.

Jangan bertindak secara mendadak dengan membawa kepada mereka apa yang dibenci oleh jiwa mereka supaya mereka tidak terperanjat. Sahibud-dakwah mesti mengetahui terlebih dahulu dari mana dan bagaimana cara untuk memulakan setelah dikaji, ditapis dan disediakan segala apa yang diperlukan untuk urusan dakwah.

Sahibud-dakwah mestilah menentukan topik yang hendak dibicarakan supaya para pendengarnya mendapat faedah yang nyata dan jelas daripadanya. la mesti memperbaiki sistematika dan susunan pemaparan terhadap pengertian dan tajuk yang dibicarakan dengan susunan yang dapat menyokong dakwahnya supaya mereka berpuas hati dan menerimanya.

Sahibud-dakwah mestilah mampu memadukan akal, perasaan dan hati manusia di dalam uslubnya. Jangan berbicara dengan akal semata-mata tetapi ketandusan perasaan dan tidak pula semata-mata dengan perasaan dan hati saja tanpa kepuasan akal dan lojik. Isi perbicaraannya mestilah dapat diterima akal, menarik perasaan dan menawan hati sehingga akal, perasaan dan hati manusia berpuas hati dengannya.

Satu dari cara-cara yang berguna yang senantiasa mempunyai pengaruh yang paling berkesan dan baik adalah pembicaraan yang mampu memuaskan akidah manusia. la dimulai dengan memantapkan di hati manusia tentang kewujudan Allah, seterusnya menjelaskan hakikat risalah kita dan tugas kita dalam hidup ini. la disudahi dengan mengukuhkan, menegaskan bahwa Islam adalah manhaj, cara hidup, satu pegangan hidup yang sejahtera dan lengkap dan berusaha untuk memulakan kehidupan Islam dan menegakkan negara Islam (ad-daulah Islamiah) ini adalah satu tugas yang wajib kepada tiap-tiap muslim.

Sahibud-dakwah, yang menyeru manusia kepada Allah mestilah menyalakan harapan dan cita-cita yang mulia di kalangan para pendengarnya. Dia mestilah menyakinkan mereka bahwa masa depan adalah untuk kemenangan Islam dan abad ini adalah abad Islam, abad kemenangan Islam!

Dia perlu menghapuskan segala pengaruh dan kesan putus asa dari jiwa mereka supaya mereka tidak mudah beranjak dari prinsip Islam dan tidak bersikap beku dan jumud di tengah jalan dan tidak mau meneruskan perjalanan mereka di atas jalan dakwah.

Sekiranya sahibud-dakwah merasai dan melihat manusia berpaling daripadanya maka hendaklah dia mengoreksi kembali cara atau uslub dakwahnya karena boleh jadi caranya tidak tepat atau waktunya tidak sesuai, atau suasananya tidak sesuai menyebabkan berlaku perkara yang demikian.

Sahibud-dakwah mestilah berusaha bersungguh-sungguh supaya menggandingkan ilmu dengan amal supaya mereka mengamalkan ilmu yang telah diketahui, bukan hanya merupakan kepuasan ilmiah semata-mata.

Dia mesti mengawasi waktunya ketika berbicara supaya mereka tidak jemu mendengarkan ucapan yang mungkin terlalu panjang atau kurang menarik perhatian para hadirin. Ini semua hanyalah bayangan mengenai cara menyeru manusia kepada Allah. la hanyalah sebagai contoh, bukan untuk membatasi hikmah kebijaksanaan dan cara-cara sahibud-dakwah karena di sana banyak lagi cara yang lain yang dapat dikelola oleh sahibud-dakwah. Wabillahhitaufik.


sumber : www.eramuslim.com

Rabu, 19 Mei 2010

Mengenal lebih dekat Dr. Abdullah Yusuf Azzam

Mengenal lebih dekat Dr. Abdullah Yusuf Azzam
Oleh Prince of Jihad pada Senin 13 Juli 2009, 10:17 PM
 “Sheikh Abdullah Azzam bukanlah orang biasa. Dia mewakili satu bangsa, satu Ummat. Tubuh Ummat ada di dalam dirinya. Setelah kematiannya, para muslimah sejauh ini gagal melahirkan seorang laki-laki yang mampu menggantikan Beliau”.
[Syaikh Usama bin Ladin, wawancara dengan TV Al-Jazeera, 1999] “Dialah yang bertanggung jawab membangkitkan kembali Jihad di abad 20 ini”. 
[Majalah Time] “Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT”.
[Ulama Mujahid asal Mekkah] ” Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam”.
[Azzam Publications] ” Pada dekade 1980-an, Syuhada Sheikh Abdullah Azzam mencetuskan satu kalimat yang maknanya bergaung di seluruh medan pertempuran Chechnya saat ini. Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah ‘Alaihi menggambarkan bahwa Para Mujahid yang gugur dalam pertempuran bergabung bersama “Kafilah Para Syuhada”.
Abdullah Yusuf Azzam lahir pada tahun 1941 di Desa Asba’ah Al-Hartiyeh, Propinsi Jiniin, Tanah Suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana Beliau dididik agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW, terhadap Mujahid yang berjuang di Jalan-Nya dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat. Semasa masih kanak-kanak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara anak-anak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal Beliau sebagai seorang anak yang shaleh.
Beliau telah menunjukkan tanda-tanda yang luar biasa sejak muda dan guru-guru Beliau telah mengenali tanda-tanda ini sejak Beliau masih di Sekolah Dasar. Sheikh Abdullah Azzam dikenal karena ketekunan dan kesungguhannya bahkan sejak masih kecil, Beliau memperoleh pendidikan dasar dan menengah di desanya dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pertanian Khadorri hingga memperoleh gelar. Meskipun Beliau yang termuda di antara teman-temannya, namun Beliau adalah yang terpandai dan terpintar. Setelah menamatkan pendidikannya di Khadorri Beliau bekerja sebagai guru di Desa Adder, Yordania Selatan. Kemudian Beliau menuntut ilmu di Fakultas Syariah, Universitas Damaskus Suriah hingga memperoleh gelar B.A. di bidang Syariah pada tahun 1966.
Ketika tentara Yahudi merebut Tepi Barat pada tahun 1967, Sheikh Abdullah Azzam memutuskan untuk pindah ke Yordania, karena Beliau tidak ingin hidup di Palestina yang berada di bawah pendudukan Yahudi. Melihat bagaimana tank-tank Israel maju memasuki Tepi Barat tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti, menimbulkan perasaan bersalah dalam diri Beliau, sehingga membuat Beliau semakin mantap untuk hijrah dengan maksud agar dapat mempelajari ilmu perang. 
Pada akhir dekade 1960-an, dari Yordania Beliau bergabung dalam Jihad menentang pendudukan Israel atas Palestina. Tidak lama kemudian Beliau pergi belajar ke Mesir dan memperoleh gelar Master dalam bidang Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada tahun 1970, setelah Jihad terhenti karena kekuatan PLO diusir keluar dari Yordania, Beliau menjadi dosen di Universitas Yordania di Amman. Setahun kemudian, tahun 1971, Beliau memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar dimana Beliau melanjutkan pendidikan S3 dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Pokok-Pokok Hukum Islam (Ushul-Fiqh) tahun 1973. Selama di Mesir inilah Beliau mengenal keluarga Syuhada Sayyid Qutb (1906-1966). Sheikh Abdullah Azzam cukup lama turut serta dalam Jihad Palestina. Namun ada hal yang tidak disukainya, yaitu orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat jauh dari Islam. Beliau menggambarkan bagaimana orang-orang ini berjaga-jaga sepanjang malam sambil bermain kartu dan mendengarkan musik, dan menganggap bahwa mereka sedang menunaikan Jihad untuk membebaskan Palestina. Sheikh Abdullah Azzam menyebutkan juga meskipun ada ribuan orang di basis-basis pemukiman, tetapi jumlah orang yang hadir untuk shalat berjama?ah bisa dihitung dengan satu tangan saja. Beliau berusaha mendorong mereka untuk menerapkan Islam sepenuhnya, namun mereka bertahan untuk menolak. Suatu hari Beliau bertanya kepada seorang “Mujahid” secara retoris, agama apa yang ada di belakang revolusi Palestina, “Mujahid” itu menjawab dengan jelas dan gamblang, “Revolusi ini tidak memiliki dasar agama apapun”.
Habislah sudah kesabaran Abdullah Azzam. Beliau kemudian meninggalkan Palestina, pindah ke Saudi Arabia dan mengajar di berbagai universitas di sana.Saat Sheikh Abdullah Azzam menyadari bahwa hanya dengan kekuatan yang terorganisir Ummat ini bisa menggapai kemenangan, lalu Jihad dan senjata adalah kesibukan dan pengisi waktu luangnya.
“Jihad hanya dengan senjata. TIDAK dengan Negosiasi, TIDAK dengan Perundingan Damai, TIDAK dengan Dialog”, kalimat tersebut menjadi semboyan Beliau. Beliau praktekkan apa yang selalu Beliau kumandangkan, sehingga membuat Beliau menjadi salah satu di antara orang Arab pertama yang bergabung dalam Jihad di Afghanistan melawan Uni Soviet yang komunis. Pada tahun 1980, ketika masih di Saudi Arabia, Abdullah Azzam memperoleh kesempatan berjumpa dengan satu delegasi Mujahidin Afghanistan yang datang untuk menunaikan ibadah Haji. Segera Beliau tertarik dengan kelompok ini dan ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai Jihad Afghanistan. Ketika dijabarkan kepadanya, Beliau merasa inilah yang sudah sejak lama sekali Beliau cari-cari.Beliau segera melepaskan jabatannya sebagai dosen di Universitas King Abdul-Aziz Jeddah Saudi Arabia, dan berangkat menuju Islamabad Pakistan supaya dapat ikut serta dalam Jihad. Beliau pindah ke Pakistan agar dapat lebih dekat dengan Jihad Afghanistan, dan di sanalah Beliau mengenal pemimpin-pemimpin Mujahidin. Saat-saat pertama berada di Pakistan, Beliau ditunjuk untuk memberikan kuliah di International Islamic University di Islamabad. Namun tidak lama hal ini berlangsung, karena Beliau memutuskan untuk meninggalkan universitas agar bisa mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk Jihad Afghanistan. Pada permulaan dekade 1980-an, Sheikh Abdullah Azzam langsung turun ke medan Jihad Afghanistan. Di Jihad inilah Beliau merasa puas bisa memenuhi kerinduan dan cinta yang tak terlukiskan untuk berjuang di Jalan Allah, persis seperti suatu kali Rasulullah SAW bersabda : “Berdiri satu jam dalam pertempuran di Jalan Allah lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun”. 

Terinspirasi oleh Hadits ini, Sheikh Abdullah Azzam beserta keluarganya memutuskan pindah ke Pakistan agar lebih dekat dengan medan Jihad. Tidak lama setelah itu Beliau pindah lagi dari Islamabad ke Peshawar supaya bisa lebih dekat lagi dengan medan Jihad dan Syahid.Di Peshawar, bersama dengan Usama bin Ladin yang juga teman dekatnya, Sheikh Abdullah Azzam mendirikan Baitul-Anshar (Mujahideen Services Bureau atau Kantor Pelayanan Mujahidin) dengan tujuan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi Jihad Afghanistan dan Para Mujahid dengan cara mengadakan dan me-manage berbagai proyek yang menunjang Jihad. Kantor ini juga menerima dan melatih para sukarelawan (Foreign Mujahideen) yang berbondong-bondong datang ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad dan mengatur penempatan mereka di garis depan.
Dapat diduga, semua hal ini masih belum cukup memuaskan keinginan Sheikh Azzam yang menggebu-gebu berjihad. Keinginan inilah yang akhirnya membawanya pergi ke garis depan. Di medan pertempuran Sheikh Abdullah Azzam mengambil peranan dengan sikap ksatria dalam perjuangan yang penuh dengan pengorbanan yang besar. Di Afghanistan Beliau jarang menetap di suatu tempat. Beliau selalu berkeliling ke seluruh pelosok negeri mengunjungi hampir seluruh propinsi dan wilayah seperti Logar, Kandahar, Pegunungan Hindukush, Lembah Panshir, Kabul dan Jalalabad. Dalam kunjungan ini, Sheikh Abdullah Azzam menyaksikan secara langsung kepahlawanan orang-orang awam yang telah mengorbankan segala apa yang dimiliki termasuk jiwa mereka demi jayanya Dien Islam. Di Peshawar, setelah kembali dari berkeliling, Sheikh Azzam selalu berbicara tentang Jihad secara kontinyu. Beliau selalu berdo’a agar Para Komandan Mujahidin yang terpecah belah dapat bersatu padu. Beliau selalu mengundang orang-orang yang belum bergabung dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat.
Abdullah Azzam sangat dipengaruhi oleh Jihad Afghanistan dan Beliaupun sangat besar pengaruhnya pada Jihad ini sejak Beliau mengabdikan diri sepenuhnya dalam perjuangan ini. Beliau menjadi salah satu tokoh yang paling menonjol dan berpengaruh bersama dengan pemimpin-pemimpin bangsa Afghanistan lainnya. Beliau tidak tanggung-tanggung mempromosikan perjuangan Afghanistan ke seluruh dunia, khususnya ke kalangan Ummat Islam. Beliau berkeliling dunia, menyampaikan panggilan kepada Kaum Muslimin untuk beraksi mempertahankan agama dan Tanah Muslim. Beliau menulis sejumlah buku tentang Jihad, seperti Join the Caravan, Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan, Defence of the Muslim Lands dan Lovers of the Paradise Maidens. Bahkan Beliau turun langsung ke medan Jihad Afghanistan, meskipun usia Beliau telah lebih dari 40 tahun. Beliau menjelajahi Afghanistan, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, menembus salju, mendaki pegunungan, di bawah panas terik matahari dan dingin yang membekukan tulang, dengan menunggang keledai maupun berjalan kaki. Banyak Pemuda yang bersama Beliau kelelahan, namun Sheikh Abdullah Azzam tidak. Beliau merubah pandangan Ummat Islam terhadap Jihad di Afghanistan dan menjadikan Jihad ini sebagai perjuangan yang Islami yang merupakan kewajiban seluruh Ummat Islam di dunia. Hasil dari usaha ini adalah Jihad Afghanistan menjadi universal dimana Ummat Islam dari seluruh dunia turut serta. Para Pejuang Muslim dari seluruh penjuru dunia secara sukarela berdatangan ke Afghanistan untuk memenuhi kewajiban Jihad dan membela Saudara-saudara Muslimin dan Muslimah mereka yang tertindas. 

Kehidupan Sheikh Azzam berkisar hanya kepada satu tujuan, yakni menegakkan Hukum Allah di muka bumi ini, yang merupakan tanggung jawab yang pasti bagi setiap dan segenap Ummat Muslim. Dalam rangka melaksanakan tugas suci dalam hidup ini yaitu menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah (negara yang berdasarkan pada hukum Islam), Sheikh Azzam mengkonsentrasikan kepada Jihad (perjuangan bersenjata untuk menegakkan Islam). Beliau berkeyakinan bahwa Jihad wajib dilaksanakan sampai Khilafah Islamiyyah ditegakkan sehingga cahaya Islam menerangi seluruh dunia.
Beliau juga menjaga dan memelihara keluarganya dengan semangat perjuangan yang sama, sehingga istrinya, sebagai contoh, aktif mengurus anak-anak yatim piatu dan aktif dalam berbagai tugas kemanusiaan di Afghanistan. Beliau menolak jabatan di beberapa universitas dengan menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Jihad kecuali jika gugur di medan perang atau terbunuh. Beliau selalu menekankan kembali bahwa tujuannya yang terakhir adalah membebaskan Tanah Suci Palestina. Dalam hal ini Beliau menyatakan: “Saya tidak akan meninggalkan Tanah Jihad kecuali karena tiga hal. Pertama, saya terbunuh di Afghanistan. Kedua, saya terbunuh di Pakistan. Ketiga, saya diborgol dan diusir dari Pakistan”
Jihad di Afghanistan telah membuat Abdullah Azzam menjadi penyangga utama dalam gerakan Jihad di jaman modern sekarang. Dengan turun langsung dalam Jihad ini dan dengan mempromosikannya serta menjelaskan kendala-kendala yang menghambat gerakan Jihad, Beliau memiliki peranan yang sangat berarti dalam meluruskan pendapat Ummat Islam tentang Jihad dan perlunya menegakkan Jihad. Beliau menjadi panutan bagi generasi muda yang menyambut panggilan Jihad. Beliau amat mementingkan Jihad dan butuh akan Jihad. Sekali waktu Beliau berkata :“Saya merasa seolah-olah berumur 9 tahun. Tujuh setengah tahun dalam Jihad di Afghanistan dan satu setengah tahun dalam Jihad di Palestina. Sisa tahun lainnya tidak berarti sama sekali”.
Dari atas mimbar Sheikh Azzam berulangkali menekankan keyakinannya : “Jihad tidak boleh ditinggalkan sampai hanya Allah SWT saja yang disembah. Jihad akan terus berlangsung sampai Kalimat Allah ditinggikan. Jihad sampai semua orang yang tertindas dibebaskan. Jihad untuk melindungi kehormatan kita dan merebut kembali Tanah kita yang dirampas. Jihad adalah Jalan untuk mencapai kejayaan abadi?.
Sejarah dan semua orang yang mengenal dekat Sheikh Abdullah Azzam mencatat keberanian Beliau dalam berbicara tentang kebenaran, dengan mengabaikan segala konsekuensi yang ada.Setiap saat Sheikh Abdullah Azzam mengingatkan seluruh Kaum Muslimin bahwa :“Ummat Islam tidak dapat dikalahkan oleh ummat lainnya. Kita Ummat Islam tidak akan dikalahkan oleh musuh-musuh kita, namun kita bisa dikalahkan oleh diri kita sendiri”.
Sheikh Abdullah Azzam adalah contoh seorang yang berperilaku Islami dengan baik, dengan amal shalehnya, dengan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan dengan kesederhanaannya dalam segala hal. Beliau tidak pernah mencemari hubungan baiknya dengan orang lain. Sheikh Azzam selalu mendengarkan pendapat Para Pemuda, Beliau amat disegani dan tidak terbersit sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. Beliau selalu berpuasa selang seling hari seperti yang dilakukan Nabi Daud AS. Dan juga selalu menghimbau yang lainnya untuk berpuasa hari Senin dan Kamis. Sheikh Azzam adalah orang yang selalu berterus terang, tulus dan mulia. Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.Satu saat sekelompok Muslim yang tidak puas di Peshawar mencap Sheikh Azzam sebagai kafir dan menuduhnya meminta uang dari Kaum Muslimin untuk dihambur-hamburkan. Ketika Sheikh Azzam mendengar hal ini, Beliau tidak mencari dan mendebat mereka, malah mengirimi mereka berbagai hadiah. Namun kelompok tersebut tetap saja mencaci maki, mengumpat dan memfitnah Beliau, dan Beliau terus saja mengirimi mereka hadiah lainnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika akhirnya menyadari kesalahannya, mereka berkomentar :
“Demi Allah, kami belum pernah menemui seseorang seperti Sheikh Abdullah Azzam. Beliau tetap saja memberi kami uang walaupun kami selalu mengutuk dan mencaci Beliau” 
Selama Jihad Afghanistan berlangsung, Beliau telah berhasil menyatukan berbagai kelompok Mujahidin dalam Jihad ini. Dan tentu saja kebanggaan Beliau terhadap Islam menimbulkan rasa benci di kalangan musuh agama, sehingga musuh membuat rencana untuk menghabisi nyawa Beliau. Pada November 1989, sejumlah bahan peledak TNT diletakkan di bawah mimbar dimana Beliau selalu menyampaikan khutbah setiap hari Jum?at. Demikian besar jumlah peledak tersebut sehingga seandainya meledak akan menghancurkan seluruh Masjid termasuk apa saja dan siapa saja yang ada di dalamnya. Ratusan Muslimin dapat terbunuh. Namun Allah memberikan perlindungan-Nya dan bom tersebut tidak meledak.
Musuh-musuhpun semakin berhasrat melaksanakan rencana gilanya. Mereka mencobanya sekali lagi di Peshawar, tidak lama berselang setelah kejadian tersebut. Ketika itulah Allah SWT berkehendak agar Sheikh Abdullah Azzam meninggalkan dunia ini menuju haribaan-Nya (kita berharap demikian Insya Allah). Dan Sheikh wafat dengan cara yang gemilang pada hari Jum’at 24 November 1989 pukul 12.30 siang.Musuh-musuh Allah meletakkan tiga bom di jalan yang sempit dimana hanya bisa dilewati satu mobil saja. Jalan tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh Sheikh Abdullah Azzam untuk menunaikan shalat Jum’at. Pada hari Jum’at itu, Sheikh Azzam bersama dengan dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad, serta salah seorang anak Syuhada Sheikh Tamim Adnani (salah seorang Pahlawan Jihad Afghanistan lainnya), melalui jalan tersebut. Mobil pun berhenti di mana bom yang pertama berada, dan Sheikh Azzam turun untuk meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Musuh-musuh yang sudah menanti segera memicu bom yang telah mereka persiapkan tersebut. Bunyi ledakan dahsyat mengguncang hebat terdengar di seluruh penjuru kota.
Orang-orang berhamburan keluar dari Masjid, dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Hanya sedikit saja yang tersisa dari kendaraan yang hancur lebur. Tubuh anaknya yang kecil, Ibrahim, terlempar ke udara sejauh 100 meter, demikian pula dengan kedua anak lainnya, beterbangan pada jarak yang hampir sama. Potongan-potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik. Sementara tubuh Syahid Sheikh Abdullah Azzam tersandar di dinding, tetap utuh dan tidak cacat sama sekali, kecuali sedikit darah terlihat mengalir dari mulut Beliau.
Ledakan itu telah mengakhiri perjalanan hidup Sheikh Abdullah Azzam di dunia, yang telah Beliau lalui dengan baik melalui perjuangan, daya upaya sepenuhnya, dan pertempuran di Jalan Allah SWT. Hal ini semakin menjamin kehidupannya yang sebenarnya dan abadi di Taman Surga -kita memohon kepada Allah demikian, dan menikmatinya bersama dengan teman-teman yang mulia yakni : “Dan barangsiapa yang mena?ati Allah dan Rasul-Nya mereka ini akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Para Rasul, Para Shiddiqiin, Orang-orang yang mati Syahid dan Orang-orang Shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” [QS An-Nisaa:69]

Dengan cara seperti inilah Pahlawan Besar dan Penggerak Kebangkitan Islam meninggalkan medan Jihad dan dunia ini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Beliau dimakamkan di Makam Para Syuhada Pabi di Peshawar Pakistan, dimana Beliau bergabung bersama-sama dengan ratusan Syuhada lainnya. Semoga Allah menerima Beliau sebagai Syuhada dan menganugerahinya tempat tertinggi di Surga. Pertempuran yang telah Beliau lalui dan telah Beliau perjuangkan tetap berlanjut melawan musuh-musuh Islam. Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah ‘Alaihi.
Kita memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal ibadah Beliau dan menempatkan Beliau di Surga Tertinggi. Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan dari Ummat ini Ulama-Ulama lain sekaliber Beliau, yang menerapkan pengetahuannya di medan perjuangan, bukan hanya menyimpannya di dalam buku dan di dalam Masjid saja.Melalui biografi ini, kami merekam kejadian-kejadian dalam sejarah Islam selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 1979 hingga 1989, dan akan terus berlanjut sebagaimana Sheikh Abdullah Azzam berkata :
“Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah Para Syuhada, dengan kisah Para Syuhada, dengan teladan Para Syuhada”“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai” [QS At-Taubah:32-33].

Buku-buku yg ditulis oleh Dr Abdullah Azzam diantaranya ialah ;
• Ayaturrahman fi jihadil Afghan
• Addifak ‘an aradhil muslimin min ahammi furdhul ‘iyan (mempertahankan Bumi Umat Islam - Fardhu Ain yg terpenting)
• Akidah dan Kesannya dlm Membentuk Masyarakat
• Adab/Tatatertib dan Hukum-hukum dalam Jihad
• Islam dan masa Depan Kemanusian
• Menara Api yg Hilang
• Hukum berjuang/beramal dlm berjamaah
Sejak Abdullah Azzam syahid, Maktab Khidmat al Mujahidin (terletak di Peshawar) mengumpulkan berbagai petikan khutbah dan ceramahnya kemudian dibukukan sehingga mencapai 50 judul, diantaranya;
• seri Tarbiyah Jihadiyah Wal Bina’ yg mencapai 26 jilid,
• Hijrah dan I’dad 3 juz/jilid.
• Fi Zhilali Suratti Taubah 2 Juz.
• Fiqh dan Ijtihad dlm Jihad 3 jilid
• Perkataan-perkataan dari Garisan Api pertama 3 jilid
• Dibawah Gelora peperangan 4 jilid
• Pengajaran dari Sirah Rasulullah SAW
• Keruntuhan Khilafah dan Pembinaan kembali
Judul-judul di atas adalah merupakan buku-buku yg penting saja sedangkan di sana terdapat berpuluh-puluh lagi buku-buku karangan As-syahid dan buku2 yg ditulis mengenainya.
Referensi:
- Orisinil in english : http://www.azzam.com
- http://www.hudzaifah.org
Powered By Blogger